Wanita Ini Mondar-mandir di Sekitar Toko, Ternyata Alasan di Baliknya Membuat Pengunjung Lain Tersentuh!
Wednesday, January 25, 2017
Tidak hanya di kota-kota besar di Indonesia saja yang masyarakatnya mengalami kesulitan ekonomi, ternyata di negara lain juga sama halnya dengan kita.

Dikutip dari worldofbuzz.com, dalam dua tahun terakhir, biaya hidup di Malaysia menanjak tajam.
Banyak orang yang yang dulunya hidup sederhana sekarng makin sulit untuk menopang kehidupan.
Bagaimana orang-orang miskin dapat bertahan sekarang?
Ketika hal-hal menjadi semakin buruk, disitulah mungkin kita bisa melihat sisi kemanusiaan.
Inilah kisah tentang seorang pria yang dibuat menangis oleh seorang wanita untuk alasan yang menggetarkan hati.
Pria asal Malaysia bernama Ashraff Khan suatu hari berniat ingin membeli kebutuhan rutinnya.
Jumat sore (13/1) ketika Ashraff berhenti di pom bensin, ia bertemu dengan seorang wanita bernama Azizah.
Dalam akun Facebooknya, Ashraff curhat panjang tentang wanita tersebut.
“Suatu sore, ketika aku pulang kerja, aku berhenti di BHP Mutiara Damansara untuk mengisi bahan bakar.”
“Selama perjalanan, sebenarnya ada pom bensin, tapi entah mengapa aku ingin menuju BHP (pom bensin yang dilengkapi mini market, red).”
“Ternyata, rencana Tuhan sangatlah indah dan akurat.”

Dikutip dari worldofbuzz.com, dalam dua tahun terakhir, biaya hidup di Malaysia menanjak tajam.
Baca Juga
Banyak orang yang yang dulunya hidup sederhana sekarng makin sulit untuk menopang kehidupan.
Bagaimana orang-orang miskin dapat bertahan sekarang?
Ketika hal-hal menjadi semakin buruk, disitulah mungkin kita bisa melihat sisi kemanusiaan.
Inilah kisah tentang seorang pria yang dibuat menangis oleh seorang wanita untuk alasan yang menggetarkan hati.
Pria asal Malaysia bernama Ashraff Khan suatu hari berniat ingin membeli kebutuhan rutinnya.
Jumat sore (13/1) ketika Ashraff berhenti di pom bensin, ia bertemu dengan seorang wanita bernama Azizah.
Dalam akun Facebooknya, Ashraff curhat panjang tentang wanita tersebut.
“Suatu sore, ketika aku pulang kerja, aku berhenti di BHP Mutiara Damansara untuk mengisi bahan bakar.”
“Selama perjalanan, sebenarnya ada pom bensin, tapi entah mengapa aku ingin menuju BHP (pom bensin yang dilengkapi mini market, red).”
“Ternyata, rencana Tuhan sangatlah indah dan akurat.”
“Setibanya aku di BHP, ketika aku melakukan pembayaran, aku melihat ada seorang wanita berjalan perlahan.“
Ashraff memutuskan untuk memperhatikan wanita itu.
Ia melihat dari luar.
“Wanita itu terlihat berjalan mondar mandir di toko, melihat roti, makanan ringan lain, Maggi (mie instan, red.), tapi menaruhnya kembali di rak.”
“Akhirnya, wanita itu hanya mengambil botol mineral 500ml dan bayar ke kasir dengan uang 5 RM (15 ribu rupiah).”
“Kemudian ia berjalan keluar mendekati pohon di samping BHP.”
“Hatiku berdegup kencang, aku bertanya-tanya apakah ia sudah makan, dan mengapa ia meletakkan lagi Maggi yang sudah ia pegang.”
“Aku bertanya pada karyawan BHP apakah ia kenal dengan wanita itu.”
“Ia berkata mengenal wanita itu.”
“Wanita itu biasa membeli air mineral.”
Mendengar hal itu, hati Ashraff merasa tergerak.
Ia kemudian mendekati wanita yang duduk di sekitar pohon dan menyapanya dengan sopan.
“Asalaamualikum makcik, saya ingin bertanya mengapa makcik meletakkan lagi Maggi yang tadi makcik pegang?”
Ashraff memutuskan untuk memperhatikan wanita itu.
Ia melihat dari luar.
“Wanita itu terlihat berjalan mondar mandir di toko, melihat roti, makanan ringan lain, Maggi (mie instan, red.), tapi menaruhnya kembali di rak.”
“Akhirnya, wanita itu hanya mengambil botol mineral 500ml dan bayar ke kasir dengan uang 5 RM (15 ribu rupiah).”
“Kemudian ia berjalan keluar mendekati pohon di samping BHP.”
“Hatiku berdegup kencang, aku bertanya-tanya apakah ia sudah makan, dan mengapa ia meletakkan lagi Maggi yang sudah ia pegang.”
“Aku bertanya pada karyawan BHP apakah ia kenal dengan wanita itu.”
“Ia berkata mengenal wanita itu.”
“Wanita itu biasa membeli air mineral.”
Mendengar hal itu, hati Ashraff merasa tergerak.
Ia kemudian mendekati wanita yang duduk di sekitar pohon dan menyapanya dengan sopan.
“Asalaamualikum makcik, saya ingin bertanya mengapa makcik meletakkan lagi Maggi yang tadi makcik pegang?”
“Sudahkah makcik makan?“
Jawaban wanita itu ternyata sangat mengagetkan Ashraff.
Ia berkata, “Wsalam. Oh Maggi itu sangat mahal untuk dimakan hari ini. Aku hanya punya 5 ringgit hingga bayaranku selanjutnya kudapatkan.“
Ashraff yang terkejut sempat terdiam sejenak.
Namun ia akhirnya memutuskan untuk membantu wanita itu.
Ashraff memintanya untuk kembali masuk ke BHP.
“Saat kami masuk ke BHP, aku menyuruhnya untuk mengambil apapun yang ia ingin makan.”
“Tidak masalah, apapun boleh.”
“Namun ternyata, ia hanya mengambil Maggi yang ia pegang tadi, jus jeruk, dan 2 roti.”
“Ia berkata itu sudah cukup.“
Sambil menyantap makanan, Azizah bercerita tentang keluarganya.
Ia berasal dari Langkawi.
Jawaban wanita itu ternyata sangat mengagetkan Ashraff.
Ia berkata, “Wsalam. Oh Maggi itu sangat mahal untuk dimakan hari ini. Aku hanya punya 5 ringgit hingga bayaranku selanjutnya kudapatkan.“
Ashraff yang terkejut sempat terdiam sejenak.
Namun ia akhirnya memutuskan untuk membantu wanita itu.
Ashraff memintanya untuk kembali masuk ke BHP.
“Saat kami masuk ke BHP, aku menyuruhnya untuk mengambil apapun yang ia ingin makan.”
“Tidak masalah, apapun boleh.”
“Namun ternyata, ia hanya mengambil Maggi yang ia pegang tadi, jus jeruk, dan 2 roti.”
“Ia berkata itu sudah cukup.“
Sambil menyantap makanan, Azizah bercerita tentang keluarganya.
Ia berasal dari Langkawi.
Ia memiliki tiga anak dan sebelumnya tinggal di Penchala dengan suaminya.
Azizah bekerja sebagai pembersih jalanan di sekitar Mutiara Damansara dengan gaji per bulan RM700 (Rp 2,1 juta rupiah).
Sekarang, ia menyewa kamar dengan berbagi berasama pekerja dari Indonesia.
Suaminya pergi setelah menjual tanahnya.
Tidak hanya berhenti di situ, Ashraff selanjutnya berkata, “Terima kasih sudah mengizinkanku untuk membantu siapapun yang memerlukan.”
“Selama aku mampu, aku akan terus membantu.“
Ashraff bahkan membelikan Azizah dua kardus Maggi beserta barang-barang lain.
Azizah bekerja sebagai pembersih jalanan di sekitar Mutiara Damansara dengan gaji per bulan RM700 (Rp 2,1 juta rupiah).
Sekarang, ia menyewa kamar dengan berbagi berasama pekerja dari Indonesia.
Suaminya pergi setelah menjual tanahnya.
Tidak hanya berhenti di situ, Ashraff selanjutnya berkata, “Terima kasih sudah mengizinkanku untuk membantu siapapun yang memerlukan.”
“Selama aku mampu, aku akan terus membantu.“
Ashraff bahkan membelikan Azizah dua kardus Maggi beserta barang-barang lain.