Jika Ditanya Anak atau Non-Muslim Kenapa Shalat Harus Menghadap ke Ka’bah? Ini Jawabannya
Sunday, February 19, 2017
Mungkin bagi umat muslim, tidak akan bertanya mengapa setiap kali sholat harus menghadap kiblat atau ka'bah..
Karena pada kondisi tertentu kita boleh shalat menghadap ke mana saja. Misal saat di pesawat terbang dan kondisi lain yang tidak memungkinkan. Namun bagaimana saat kita ditanya anak kita yang kritis, atau non muslim?
Bila sulit memahami ada yang lebih mudah di bagian akhir artikel ini.
Pada awalnya Rasulullah setiap shalat menghadap ke Baitil Maqdis, kemudian beliau memohon kepada Allah untuk dapat shalat menghadap ke Ka’bah.
Karena pada kondisi tertentu kita boleh shalat menghadap ke mana saja. Misal saat di pesawat terbang dan kondisi lain yang tidak memungkinkan. Namun bagaimana saat kita ditanya anak kita yang kritis, atau non muslim?
Bila sulit memahami ada yang lebih mudah di bagian akhir artikel ini.
Pada awalnya Rasulullah setiap shalat menghadap ke Baitil Maqdis, kemudian beliau memohon kepada Allah untuk dapat shalat menghadap ke Ka’bah.
Dari Anas bin Malik, katanya” Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa shalat seperti kita, menghadap ke kiblat seperti kita, dan memakan binatang sembelihan seperti kita, maka dialah orang muslim yang berada di bawah perlindungan Allah dan RasulNya, Karena itu janganlah anda menghianati Allah perihal perlindunganNya itu.” (Bukhari).
Dari Barrak bin ‘Azib r.a., katanya: “Rasulullah saw shalat menhadap ke Baitil Maqdis, enam atau tujuh belas bulan lamanya. Sedang beliau ingin shalat menhadap ke Ka’bah. Maka turun ayat: “Sesungguhnya Kami tahu engkau menghadapkan mukamu ke langit berulang-ulang, maka setelah itu Nabi saw shalat menghadap ke Ka’bah.
Tetapi orang-orang bodoh, antara lain orang-orang Yahudi, berkata: “Apakah sebabnya mereka berpaling dari kiblat mereka semula?” Katakan hai Muhammad “Kepunyaan Allah Timur dan Barat, ditunjukiNya kepada jalan yang lurus siapa-siapa yang dikehendakiNya.”
Seorang laki-laki shalat bersama Nabi saw waktu terjadinya perubahan kiblat itu. Setelah shalat dia pergi. Dia melewati sekelompok orang Anshar sedang shalat Ashar, masih menghadap ke Baitil Maqdis. Lalu dikatakannya, bahwa tadi dia shalat bersama Nabi saw menghadap ke Ka’bah. Karena itu mereka merubah arah kiblat mereka dan menghadap ke Ka’bah. (Bukhari).
Dari Abdullah bin Umar r.a., katanya: ”Ketika orang-orang di Quba sedang shalat subuh, tiba-tiba datang seorang mengatakan: “Sesungguhnya tadi malam Al Qur’an turun kepada Rasululah saw. Beliau diperintahkan shalat menghadap ke Ka’bah, Maka menghadap pulalah anda semua ke Ka’bah. Lalu mereka yang ketika itu sedang shalat dengan menghadap ke Syam, merubah arah mereka dengan menghadap ke Ka’bah.
Dari Barrak bin ‘Azib r.a., katanya: “Rasulullah saw shalat menhadap ke Baitil Maqdis, enam atau tujuh belas bulan lamanya. Sedang beliau ingin shalat menhadap ke Ka’bah. Maka turun ayat: “Sesungguhnya Kami tahu engkau menghadapkan mukamu ke langit berulang-ulang, maka setelah itu Nabi saw shalat menghadap ke Ka’bah.
Tetapi orang-orang bodoh, antara lain orang-orang Yahudi, berkata: “Apakah sebabnya mereka berpaling dari kiblat mereka semula?” Katakan hai Muhammad “Kepunyaan Allah Timur dan Barat, ditunjukiNya kepada jalan yang lurus siapa-siapa yang dikehendakiNya.”
Seorang laki-laki shalat bersama Nabi saw waktu terjadinya perubahan kiblat itu. Setelah shalat dia pergi. Dia melewati sekelompok orang Anshar sedang shalat Ashar, masih menghadap ke Baitil Maqdis. Lalu dikatakannya, bahwa tadi dia shalat bersama Nabi saw menghadap ke Ka’bah. Karena itu mereka merubah arah kiblat mereka dan menghadap ke Ka’bah. (Bukhari).
Dari Abdullah bin Umar r.a., katanya: ”Ketika orang-orang di Quba sedang shalat subuh, tiba-tiba datang seorang mengatakan: “Sesungguhnya tadi malam Al Qur’an turun kepada Rasululah saw. Beliau diperintahkan shalat menghadap ke Ka’bah, Maka menghadap pulalah anda semua ke Ka’bah. Lalu mereka yang ketika itu sedang shalat dengan menghadap ke Syam, merubah arah mereka dengan menghadap ke Ka’bah.
Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:115)
Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: ”Apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?”.
Katakanlah :”Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS. 2:142)
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi beberapa orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS. 2:143)
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhan-nya; dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS. 2:144)
Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: ”Apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?”.
Katakanlah :”Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS. 2:142)
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi beberapa orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS. 2:143)
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhan-nya; dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS. 2:144)
Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian dari mereka pun tidak mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim. (QS. 2:145)
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS. 2:146)
Kebenaran itu adalah dari Tuhan-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS. 2:147)
Dan bagi tiap-tiap ummat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Seungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 2:148)
Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram; Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang haq dari Tuhan-mu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah atas apa yang kamu kerjakan. QS. 2:149)
Kalau ditinjau dari Hadits dan ayat-ayat tersebut di atas maka menghadap ke Ka’bah itu adalah ketetapan Allah setelah Rasulullah memintanya bagi beliau dan umatnya.
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS. 2:146)
Kebenaran itu adalah dari Tuhan-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS. 2:147)
Dan bagi tiap-tiap ummat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Seungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 2:148)
Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram; Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang haq dari Tuhan-mu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah atas apa yang kamu kerjakan. QS. 2:149)
Kalau ditinjau dari Hadits dan ayat-ayat tersebut di atas maka menghadap ke Ka’bah itu adalah ketetapan Allah setelah Rasulullah memintanya bagi beliau dan umatnya.
Menghadap Ka’bah bukan berarti kita menyembah Ka’bah, tetapi merupakan simbol yang ditetapkan Allah bagi kiblat orang-orang Islam. Hal ini untuk membedakan kiblat umat Muhammad dengan kiblat umat lain.
Namun demikian seandainya kita berada di suatu tempat dan tidak mengetahui arah Ka’bah maka menghadap kemanapun sah shalatnya karena dimana saja disitu ada Wajah Allah. Menghadap ke Ka’bah adalah simbol persatuan, dan untuk memudahkan kalau kita shalat khususnya shalat berjamaah.
Dan lebih mudahnya dengarkan obrolan berikut ini,
Percakapan Si A dengan seorang ustadz..
Si A : mengapa orang Islam menyembah kotak hitam?
Ustadz : salah tu bro. Umat Islam ga menyembah kotak hitam, tapi menyembah Allah.
Si A : bukankah orang Islam sembahyang menghadap Ka’bah, satu kotak yang berwarna hitam Apakah Allah itu ada di dalam Ka’bah?
Belum sempat sang ustadz menjawab, terdengar handphone nya si A berbunyi. Si A menjawab panggilan teleponnya, sementaran sang ustadz dengan sabar menanti. Setelah si A selesai menjawab panggilan di handphone nya, dia memandang sang ustadz. Sang ustadz tersenyum.
Namun demikian seandainya kita berada di suatu tempat dan tidak mengetahui arah Ka’bah maka menghadap kemanapun sah shalatnya karena dimana saja disitu ada Wajah Allah. Menghadap ke Ka’bah adalah simbol persatuan, dan untuk memudahkan kalau kita shalat khususnya shalat berjamaah.
Dan lebih mudahnya dengarkan obrolan berikut ini,
Percakapan Si A dengan seorang ustadz..
Si A : mengapa orang Islam menyembah kotak hitam?
Ustadz : salah tu bro. Umat Islam ga menyembah kotak hitam, tapi menyembah Allah.
Si A : bukankah orang Islam sembahyang menghadap Ka’bah, satu kotak yang berwarna hitam Apakah Allah itu ada di dalam Ka’bah?
Belum sempat sang ustadz menjawab, terdengar handphone nya si A berbunyi. Si A menjawab panggilan teleponnya, sementaran sang ustadz dengan sabar menanti. Setelah si A selesai menjawab panggilan di handphone nya, dia memandang sang ustadz. Sang ustadz tersenyum.
Si A : mengapa tersenyum? Apa jawaban dari pertanyaan saya tadi?
Ustadz : hmm..perlukah saya menjawab pertanyaanmu?
Si A : ah, pasti kau tidak bisa menjawab bukan? [tertawa]
Ustadz : bukan itu maksud saya. Tapi saya mencoba menggunakan teori yang kau gunakan untuk membuat pertanyaan yang kau ajukan padaku. Saya melihat kau kurang menyadarinya..
Si A : mengapa kau bicara begitu?
Ustadz : tadi saya lihat kau bicara sendiri, ketawa dan tersenyum sendiri. Dan kau mencium HP itu sambil bicara “I love u mom”…
Si A : saya tidak bicara sendiri. Saya bicara dengan istri saya. Dia yang telfon saya tadi.
Ustadz : mana istrimu? Saya tak melihatnya..
Si A : istri saya di Tuban. Dia telfon saya, saya jawab menggunakan telfon. Apa masalahnya? [nada marah]
Ustadz : boleh saya lihat HP kamu?
Ustadz : hmm..perlukah saya menjawab pertanyaanmu?
Si A : ah, pasti kau tidak bisa menjawab bukan? [tertawa]
Ustadz : bukan itu maksud saya. Tapi saya mencoba menggunakan teori yang kau gunakan untuk membuat pertanyaan yang kau ajukan padaku. Saya melihat kau kurang menyadarinya..
Si A : mengapa kau bicara begitu?
Ustadz : tadi saya lihat kau bicara sendiri, ketawa dan tersenyum sendiri. Dan kau mencium HP itu sambil bicara “I love u mom”…
Si A : saya tidak bicara sendiri. Saya bicara dengan istri saya. Dia yang telfon saya tadi.
Ustadz : mana istrimu? Saya tak melihatnya..
Si A : istri saya di Tuban. Dia telfon saya, saya jawab menggunakan telfon. Apa masalahnya? [nada marah]
Ustadz : boleh saya lihat HP kamu?
Si A mengulurkan HPnya kepada sang ustadz.
Sang ustadz menerimanya, lalu membolak-balikan HP itu, menggoncang-goncangnya, mengetuk-ngetuk HP tersebut ke meja.
Lantas sang ustadz menghempaskannya sekuat tenaga ke lantai.. PRAKKK..PECAH..Muka si A merah menahan marah. Sementara sang ustadz menatapnya sambil tersenyum..
Ustadz : mana istrimu? Saya lihat dia tidak ada disini. Saya pecahkan HP ini pun istrimu tetap tak terlihat di dalamnya?
Si A : mengapa kau bodoh sekali? Teknologi sudah maju. Kita bisa berbicara jarak jauh menggunakan telfon.
Apa kau tak bisa menggunakan otakmu? [jegerrr marahnya bro]
Ustadz : Alhamdulillah [senyum]. Begitu juga halnya dengan Allah SWT. Umat Islam sembahyang menghadap Ka’bah bukan berarti umat Islam menyembah Ka’bah.
Tetapi umat Islam sembahyang atas arahan Allah. Allah mengarahkan umat Islam untuk sembahyang menghadap Ka’bah juga bukan berarti Allah ada di dalam Ka’bah.
Begitu juga dengan dirimu dan istrimu. Istrimu menelfon menggunakan HP, ini bukan berarti istrimu ada di dalam HP.
Tetapi ketentuan telekomunikasi menetapkan peraturan, kalau ingin bicara lewat telfon harus tekan nomor yang tepat, barulah akan tersambung dan kau bisa berbicara melalu HP meski istrimu tak ada di dalamnya.
Si A : [melongo]
Itulah tadi seputar pembicaraan antara si A dan sang ustadz tentang penjelasan mengenai mengapa orang islam ketika shalat mereka menghadap ka’bah. mungkin dari kalian juga masih ada yang bertanya-tanya kenapa sih menghadap ka’bah semoga jawaban sang ustadz bisa memuaskan pertanyaan dan keraguan dari kalian. Semoga bisa bermanfaat buat sobat semua.
Sang ustadz menerimanya, lalu membolak-balikan HP itu, menggoncang-goncangnya, mengetuk-ngetuk HP tersebut ke meja.
Lantas sang ustadz menghempaskannya sekuat tenaga ke lantai.. PRAKKK..PECAH..Muka si A merah menahan marah. Sementara sang ustadz menatapnya sambil tersenyum..
Ustadz : mana istrimu? Saya lihat dia tidak ada disini. Saya pecahkan HP ini pun istrimu tetap tak terlihat di dalamnya?
Si A : mengapa kau bodoh sekali? Teknologi sudah maju. Kita bisa berbicara jarak jauh menggunakan telfon.
Apa kau tak bisa menggunakan otakmu? [jegerrr marahnya bro]
Ustadz : Alhamdulillah [senyum]. Begitu juga halnya dengan Allah SWT. Umat Islam sembahyang menghadap Ka’bah bukan berarti umat Islam menyembah Ka’bah.
Tetapi umat Islam sembahyang atas arahan Allah. Allah mengarahkan umat Islam untuk sembahyang menghadap Ka’bah juga bukan berarti Allah ada di dalam Ka’bah.
Begitu juga dengan dirimu dan istrimu. Istrimu menelfon menggunakan HP, ini bukan berarti istrimu ada di dalam HP.
Tetapi ketentuan telekomunikasi menetapkan peraturan, kalau ingin bicara lewat telfon harus tekan nomor yang tepat, barulah akan tersambung dan kau bisa berbicara melalu HP meski istrimu tak ada di dalamnya.
Si A : [melongo]
Itulah tadi seputar pembicaraan antara si A dan sang ustadz tentang penjelasan mengenai mengapa orang islam ketika shalat mereka menghadap ka’bah. mungkin dari kalian juga masih ada yang bertanya-tanya kenapa sih menghadap ka’bah semoga jawaban sang ustadz bisa memuaskan pertanyaan dan keraguan dari kalian. Semoga bisa bermanfaat buat sobat semua.