Kisah Gadis Usia 24 Tahun yang Tampak Seperti Balita, Ibunya Sedih Karena Sering Ditanya Ini oleh Tetangga
Sunday, February 12, 2017
Tubuh wanita ini terlihat masih seperti bocah kecil atau balita.

Tapi dibalik tubuhnya itu, ternyata usia wanita ini sudah cukup untuk menikah.
24 tahun usianya.
Tapi, tubuh Sari Rezita Ariyanti terlihat seperti balita yang masih dua tahun.
Senyum serta keriangannya membuat sang ibu tak kunjung patah arang demi merawat buah hati.
Di usia 24 tahun, tinggi tubuhnya hanya 87 cm dengan berat 20 kilogram saja.
Ia juga tak dapat berjalan dan berbicara.

Tapi dibalik tubuhnya itu, ternyata usia wanita ini sudah cukup untuk menikah.
Baca Juga
24 tahun usianya.
Tapi, tubuh Sari Rezita Ariyanti terlihat seperti balita yang masih dua tahun.
Senyum serta keriangannya membuat sang ibu tak kunjung patah arang demi merawat buah hati.
Di usia 24 tahun, tinggi tubuhnya hanya 87 cm dengan berat 20 kilogram saja.
Ia juga tak dapat berjalan dan berbicara.
Tingkah lakunya pun tak berbeda dengan anak-anak balita.
Dilansir dari viral4real, setiap hari Sari hanya bisa duduk di kursi roda.
Saat lahir, Sari tak berbeda dengan bayi pada umumnya.
Sehat, pun begitu bentuk tubuhnya.
Namun menurut penuturan ibunya, kondisi berbeda terlihat saat usianya menginjak dua tahun.
Tubuhnya tak bertambah tinggi.
Sari juga tak jua bisa berbicara.
Dilansir dari viral4real, setiap hari Sari hanya bisa duduk di kursi roda.
Saat lahir, Sari tak berbeda dengan bayi pada umumnya.
Sehat, pun begitu bentuk tubuhnya.
Namun menurut penuturan ibunya, kondisi berbeda terlihat saat usianya menginjak dua tahun.
Tubuhnya tak bertambah tinggi.
Sari juga tak jua bisa berbicara.
Sama dengan kemampuannya bersosialisasi dengna teman sebaya.
“Ketika di masih kecil, dia adalah seorang gadis cantik, dia juga tidak tamp[ak cacat,” kata ibu Sari, Suryani.
Suryani mengaku sangat sedih melihat kondisi tersebut.
Pasalnya, anak pertama dan ketiganya memiliki kondisi yang normal.
“Tapi Sari malah berbeda,” katanya.
Meski demikian, Suryani tetap bersyukur karena Sari memiliki saudara yang mencintainya.
Bahkan, tak jaarang Suryani menerima pertanyaan mengenai kondisi sang anak.
“Mengapa tidak bisa berjalan, mengapa dia begitu pendek,” kata Suryani meniru pertanyaan yang diterima.
Jelas saja pertanyaan ini sangat menghantam persaan Suryani.
“Ketika di masih kecil, dia adalah seorang gadis cantik, dia juga tidak tamp[ak cacat,” kata ibu Sari, Suryani.
Suryani mengaku sangat sedih melihat kondisi tersebut.
Pasalnya, anak pertama dan ketiganya memiliki kondisi yang normal.
“Tapi Sari malah berbeda,” katanya.
Meski demikian, Suryani tetap bersyukur karena Sari memiliki saudara yang mencintainya.
Bahkan, tak jaarang Suryani menerima pertanyaan mengenai kondisi sang anak.
“Mengapa tidak bisa berjalan, mengapa dia begitu pendek,” kata Suryani meniru pertanyaan yang diterima.
Jelas saja pertanyaan ini sangat menghantam persaan Suryani.
Alasan itu pula yang membuatnya tak pernah menjawab pertanyaan tersebut.
Bingung dengan kondisi tersebut, Surynai pun menerima diagnosis dokter.
Menurut dokter, Sari mengidap sindrom turner.
Dimana kondisi yang dialami oleh perempuan yang mengalami kelainan genetik.
Pengidap sindrom ini tak memiliki kromoson X.
Sehingga membuat kelainan dan menghambat pertumbhan.
Penderita akan mengalami gagal pertumbuhan, tak mengalami pubertas, kemandulan dan tak memiliki kemampuan bersosialisasi.
Bingung dengan kondisi tersebut, Surynai pun menerima diagnosis dokter.
Menurut dokter, Sari mengidap sindrom turner.
Dimana kondisi yang dialami oleh perempuan yang mengalami kelainan genetik.
Pengidap sindrom ini tak memiliki kromoson X.
Sehingga membuat kelainan dan menghambat pertumbhan.
Penderita akan mengalami gagal pertumbuhan, tak mengalami pubertas, kemandulan dan tak memiliki kemampuan bersosialisasi.