Berjualan kerupuk demi ibu dan selalu kangen ayahnya, kisah Fadil asal Garut ini menyedihkan
Monday, December 4, 2017
Usianya masih 13 tahun, namun Fadil telah menjadi tulang punggung keluarga. Ia harus berjualan kerupuk untuk hidup sehari-hari keluarganya.
Saat ini Fadil tinggal bersama adiknya, Nurlaela Jamilah (3) dan ibunya yang tengah mengandung 5 bulan, Heni Rojhaeni (36) dalam gubuk berukuran 1x2 meter persegi di Kampung Sinyar, Desa Kadungora, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Fadil menceritakan perjalanannya dalam menjual kerupuk. Tiap harinya ia berjualan 30 bungkus kerupuk seharga 5 ribu rupiah perbungkusnya.
Kerupuk tersebut merupakan produksi kerabatnya yang tinggal berjarak 2 kilometer dari rumahnya. Tiap harinya Fadil memang harus berjalan 2 kilometer terlebih dahulu menuju rumah kerabatnya tersebut untuk mengambil dagangan.
Fadil juga bercerita bahwa ia tak berkoar-koar seperti pedagang biasanya. Para pelanggan telah hafal jadwalnya berjualan yaitu pagi hari atau siang pukul 12. Jadi warga yang akan datang menghampirinya.
Setiap harinya Fadil meraup keuntungan sebesar Rp 15 ribu. Ia hanya mengambil laba 500 rupiah tiap bungkus yang ia jual. Hasil berjualan itu seluruhnya ia berikah kepada Heni untuk keperluan sehari-hari. Fadil bahkan tidak memikirkan uang jajannya.
Saat ini Fadil hanya fokus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hanya untuk ibu dan adiknya. Meski terlihat tegar dan kuat, Fadil pun kadang sedih kala ia merindukan ayah kandungnya, Udin, yang telah meninggal sejak ia berusia 2 tahun. Sementara ayah tirinya, Asep Kurnia (50), saat ini sedang merantau ke Jambi sejak sebulan yang lalu.
Ketua RW yang tinggal di lingkungan Fadil, Gandi (52) mengungkap bahwa Fadil adalah sosok yang ramah, tidak pernah mengeluh, dan selalu menyapa. Fadil juga diketahui sebagai sosok yang tahu sopan santun.
Sumber; Merdeka.com
Saat ini Fadil tinggal bersama adiknya, Nurlaela Jamilah (3) dan ibunya yang tengah mengandung 5 bulan, Heni Rojhaeni (36) dalam gubuk berukuran 1x2 meter persegi di Kampung Sinyar, Desa Kadungora, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Fadil menceritakan perjalanannya dalam menjual kerupuk. Tiap harinya ia berjualan 30 bungkus kerupuk seharga 5 ribu rupiah perbungkusnya.
Kerupuk tersebut merupakan produksi kerabatnya yang tinggal berjarak 2 kilometer dari rumahnya. Tiap harinya Fadil memang harus berjalan 2 kilometer terlebih dahulu menuju rumah kerabatnya tersebut untuk mengambil dagangan.
Fadil juga bercerita bahwa ia tak berkoar-koar seperti pedagang biasanya. Para pelanggan telah hafal jadwalnya berjualan yaitu pagi hari atau siang pukul 12. Jadi warga yang akan datang menghampirinya.
Setiap harinya Fadil meraup keuntungan sebesar Rp 15 ribu. Ia hanya mengambil laba 500 rupiah tiap bungkus yang ia jual. Hasil berjualan itu seluruhnya ia berikah kepada Heni untuk keperluan sehari-hari. Fadil bahkan tidak memikirkan uang jajannya.
Saat ini Fadil hanya fokus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hanya untuk ibu dan adiknya. Meski terlihat tegar dan kuat, Fadil pun kadang sedih kala ia merindukan ayah kandungnya, Udin, yang telah meninggal sejak ia berusia 2 tahun. Sementara ayah tirinya, Asep Kurnia (50), saat ini sedang merantau ke Jambi sejak sebulan yang lalu.
Ketua RW yang tinggal di lingkungan Fadil, Gandi (52) mengungkap bahwa Fadil adalah sosok yang ramah, tidak pernah mengeluh, dan selalu menyapa. Fadil juga diketahui sebagai sosok yang tahu sopan santun.
Sumber; Merdeka.com