Minta Ruang untuk Sholat, Pegawai Muslim di Amerika Terkejut
Sunday, December 4, 2016
Jika kita lihat kondisi yang terjadi di dunia saat ini, banyak sekali penduduk atau masyarakat muslim yang tertindas dan mengalami diskriminasi. Fenomena ini semakin terlihat di negara minoritas muslim.

Lihat saja apa yang terjadi di Myanmar. Jangan lupa isu Islamophobia yang kembali muncul di negara-negara maju seperti Amerika dan Perancis. Tak hanya isu muslim, masalah rasis’ juga semakin menggejala.
Walau bagaimana pun, tak semua orang membenci Islam. Seorang pria Muslim bernama Bryan Conn baru saja dapat pekerjaan di California, Amerika Serikat.
Karena tak melihat ada ruang untuk beribadah, dia pun minta satu ruangan untuk mendirikan sholat. Bryan tidak mempersoalkan tempatnya ukuran ruanga yang akan dipakai. Yang penting cukup untuk melakukan sholat.
Setelah beberapa hari kemudian, ini yang terjadi.
” Baru-baru ini saya dapat pekerjaan baru di California. Pada hari pertama, saya bicara kepada bos dan juga staff HR bahwa saya adalah seorang Muslim. Saya hanya ingin minta waktu beberapa menit, beberapa kali sehari untuk melakukan ibadah. Saya memberitahu mereka bahwa saya tak persoalkan melakukan ibadah di mana-mana.

Lihat saja apa yang terjadi di Myanmar. Jangan lupa isu Islamophobia yang kembali muncul di negara-negara maju seperti Amerika dan Perancis. Tak hanya isu muslim, masalah rasis’ juga semakin menggejala.
Baca Juga
Walau bagaimana pun, tak semua orang membenci Islam. Seorang pria Muslim bernama Bryan Conn baru saja dapat pekerjaan di California, Amerika Serikat.
Karena tak melihat ada ruang untuk beribadah, dia pun minta satu ruangan untuk mendirikan sholat. Bryan tidak mempersoalkan tempatnya ukuran ruanga yang akan dipakai. Yang penting cukup untuk melakukan sholat.
Setelah beberapa hari kemudian, ini yang terjadi.
” Baru-baru ini saya dapat pekerjaan baru di California. Pada hari pertama, saya bicara kepada bos dan juga staff HR bahwa saya adalah seorang Muslim. Saya hanya ingin minta waktu beberapa menit, beberapa kali sehari untuk melakukan ibadah. Saya memberitahu mereka bahwa saya tak persoalkan melakukan ibadah di mana-mana.
Lepas memberitahu hal itu, mereka sangat memahami.
Akhirnya saya ditunjukkan sebuah kamar gelap dan kosong, tak jauh dari tempat saya bekerja. Itu pun sudah lebih dari cukup dan saya senang ada kamar kosong yang tak digunakan.
Setelah beberapa hari sholat di kamar yang gelap itu, saya masuk kamar itu sudah rapi dan nampak baru. Ada karpet, lampu dan satu rak kecil tempat untuk menaruh sepatu.
Dan ada satu catatan yang ditempel di pintu kamar tersebut berbunyi ‘Quiet Room’. Jadi kamar itu disediakan kepada siapapun yang ingin melakukan ibadah atau ingin istirahat menenangkan diri.
Saya tak sangka dan tak mampu berkata apa-apa. Saya harap banyak orang yang menikmati dan menggunakan kamar baru itu.”
Akhirnya saya ditunjukkan sebuah kamar gelap dan kosong, tak jauh dari tempat saya bekerja. Itu pun sudah lebih dari cukup dan saya senang ada kamar kosong yang tak digunakan.
Setelah beberapa hari sholat di kamar yang gelap itu, saya masuk kamar itu sudah rapi dan nampak baru. Ada karpet, lampu dan satu rak kecil tempat untuk menaruh sepatu.
Dan ada satu catatan yang ditempel di pintu kamar tersebut berbunyi ‘Quiet Room’. Jadi kamar itu disediakan kepada siapapun yang ingin melakukan ibadah atau ingin istirahat menenangkan diri.
Saya tak sangka dan tak mampu berkata apa-apa. Saya harap banyak orang yang menikmati dan menggunakan kamar baru itu.”