Kakek Ini Beberkan Identitas Orangtua Kandung B.J. Habibie yang Asli
Thursday, March 2, 2017
Baharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal dengan BJ Habibie adalah orang Indonesia yang menjadi tokoh penting di dunia, khususnya di Jerman.

Pria dengan julukan Mr. Crack ini juga pernah menjabat sebagai Presiden ke-3 Republik Indonesia.
Dilansir liputan6.com, BJ Habibie diketahui sebagai anak dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie, seorang pria keturunan Arab, dan Raden Ayu Tuti Marini, wanita keturunan Jawa asal Yogyakarta.
Namun, seorang kakek bernama Wa’ Lampu menyangkal hal tersebut. Pria 80 tahun yang tinggal di kebun jagung di Kelurahan Massepe, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, ini mengaku menyimpan sejarah orangtua kandung BJ Habibie yang asli.

Pria dengan julukan Mr. Crack ini juga pernah menjabat sebagai Presiden ke-3 Republik Indonesia.
Baca Juga
Dilansir liputan6.com, BJ Habibie diketahui sebagai anak dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie, seorang pria keturunan Arab, dan Raden Ayu Tuti Marini, wanita keturunan Jawa asal Yogyakarta.
Namun, seorang kakek bernama Wa’ Lampu menyangkal hal tersebut. Pria 80 tahun yang tinggal di kebun jagung di Kelurahan Massepe, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, ini mengaku menyimpan sejarah orangtua kandung BJ Habibie yang asli.
Menurutnya, ayah kandung BJ Habibie adalah Puang Sayye’. Ayahnya meninggal ketika Habibie masih berusia 7 bulan dalam kandungan. Sementara ibu kandungnya, I Carabibi, meninggal sesaat setelah melahirkan putranya.
Wa’ Lampu mengetahui hal tersebut dari buku tua yang diberikan oleh kakeknya. Buku warisan tersebut menurut Wa’ Lampu berisi tentang sejarah keluarga BJ Habibie.
“Habibie tidak tahu akan hal ini karena ayahnya meninggal saat Habibie masih 7 bulan dalam kandungan. Sementara ibunya meninggal saat melahirkan Habibie,” ujar Wa’ Lampu, dilansir Liputan6.com.
Setelah lahir, Habibie sempat dirawat oleh ibu Wa’ Lampu. Selanjutnya, Habibie dirawat hingga besar oleh neneknya yang bernama I Padarai.
“Jadi setelah lahir, Habibie sempat dirawat sementara oleh ibu saya, lalu diambil sama neneknya untuk dirawat hingga besar,” tuturnya.
“Habibie tidak tahu akan hal ini karena ayahnya meninggal saat Habibie masih 7 bulan dalam kandungan. Sementara ibunya meninggal saat melahirkan Habibie,” ujar Wa’ Lampu, dilansir Liputan6.com.
Setelah lahir, Habibie sempat dirawat oleh ibu Wa’ Lampu. Selanjutnya, Habibie dirawat hingga besar oleh neneknya yang bernama I Padarai.
“Jadi setelah lahir, Habibie sempat dirawat sementara oleh ibu saya, lalu diambil sama neneknya untuk dirawat hingga besar,” tuturnya.
Wa’ Lampu berharap dirinya bisa segera bertemu dengan BJ Habibie. Selama ini, ia telah menghadapi berbagai rintangan demi menjaga kerahasiaan buku tua warisan kakeknya itu.
Bahkan, beberapa kali ada orang yang berniat mencuri buku tua tersebut. Ada pula yang ingin membelinya.
“Bukan cuma niat mencuri, ada yang mau membeli atau mencoba membohongi saya, dengan iming-iming uang atau berjanji akan mempertemukan saya dengan Habibie,” tutur Wa’ Lampu.
Namun, Wa’ Lampu menganggap buku ini sangat penting untuk diberikan langsung pada BJ Habibie. Terlebih, sang kakek pernah berpesan agar buku tersebut baru dibuka jika Indonesia dipimpin oleh pemerintah ketujuh.
Bahkan, beberapa kali ada orang yang berniat mencuri buku tua tersebut. Ada pula yang ingin membelinya.
“Bukan cuma niat mencuri, ada yang mau membeli atau mencoba membohongi saya, dengan iming-iming uang atau berjanji akan mempertemukan saya dengan Habibie,” tutur Wa’ Lampu.
Namun, Wa’ Lampu menganggap buku ini sangat penting untuk diberikan langsung pada BJ Habibie. Terlebih, sang kakek pernah berpesan agar buku tersebut baru dibuka jika Indonesia dipimpin oleh pemerintah ketujuh.