-->

Hanya Karena Dengarkan Lagu Ini Berjam-Jam, Mahasiswa Tewas Gantung Diri di Kamar Mandi

Masyarakat dihebohkan dengan kejadian seorang pria yang nekat bunuh diri.



Pria itu bunuh diri menggunakan cara menggantung lehernya.

Tidak hanya itu, pria itu juga menyiarkannya secara langsung melalui Facebook.
Sehingga, hal itu kemudian menjadi viral di media sosial.

Baru-baru ini kasus bunuh diri dengan menggantung diri juga kembali terjadi.

Kali ini, peristiwa tersebut terjadi di Pamekasan, Madura, Jawa Timur.

Imam Hamidi (22), mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan, mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, di kamar mandi, Balai Desa Lenteng, Kecamatan Proppo, Pamekasan, Sabtu (5/8/2017), sekitar pukul 05.30.

Warga Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan ini, tewas dengan cara gantung diri menggunakan tali rafia warna biru yang diikatkan ke atap kayu kamar mandi, setinggi 2, meter.

Petugas Polsek Proppo kini meminta keterangan sejumlah saksi, termasuk teman kuliah korban.

Sementara usai dilakuan otopsi luar di Puskesmas Proppo, jenazah korban dijemput keluarganya untuk dimakamkan di kampung halamannya.

Sementara salah seorang keluarga korban mengatakan, selama ini korban dikenal pendiam tidak memiliki masalah dengan siapapun, apakah teman wanita atau teman kuliahnya.iahnya.

Hanya saja, jika korban ke kamar mandi atau ke toilet, waktunya berjam-jam, sambil mendengarkan lagu barat yang mengisahkan tentang kematian seseorang lebih cepat mati, lebih baik cepat masuk surga.
“Kami kira saudara kami ini tidak memiliki masalah apa-apa. Hanya kesenangannya mendengarkan lagu barat yang menginginkan kematian lebih cepat masuk surga. Yang menciptakan dan menyanyikan lagu itu, kabarnya juga mati bunuh diri. Apakah saudara kami terinspirasi dengan lagu-lagu itu, kami tidak mengerti,” ujar salah seorang sepupu korban.

Menurut sumber di lokasi kejadian, saat itu korban mahasiswa jurusan Ekonomi Syariah, mengadakan Kuliah Pengabdian kepada Masyarakat (KPkM) selama satu bulan di Desa Lenteng, Kecamatan Proppo, yang berlangsung sejak Senin (31/8/2017) lalu hingga Selasa (29/8/2017) mendatang bersama 12 teman kampusnya.

Karena korban dianggap mahasiswa yang pintar, maka teman-temannya menjadikan korban sebagai koordinator desa (Kordes) KPkM di Desa Lenteng, 2teng, 2017.

Dan selama KPkM berlangsung, sikap dan prilaku korban tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan.

Namun, sebelum kejadian, Helda Umar Yanti (21), salah seorang temannya melewati depan kamar mandi di dalam balai desa itu, untuk mencuci beras buat masak.

Saat itu dari dalam kamar mandi, Helda mendengar nyanyian lagu barat dari ponsel.

Usai mencuri beras Helda curiga, karena masih terdengar suara lagu dari kamar mandi, sehingga Helda menggedor pintu kamar mandi, namun tidak ada sahutan.

Ia mencoba mendorong, tapi terkunci dari dalam.

Sedang suara musiknya terus berbunyi, sehingga Helda bergegas membangunkan teman-teman peria yang lain, memberitahu masalah itu.

Kemudian Hotibul Umam (22), salah seorang teman korban mendobrak pintu kamar mandi itu.

Sejumlah teman korban kaget melihat korban sudah gantung diri di kamar mandi.

Selanjutnya korban dibawa ke Puskesmas Proppo, untuk mendapatkan pertolongan medis. Namun korban sudah dinyatakan meninggal.

Kapolsek Proppo, AKP Ali Akbar, yang dimintai konfirmasinya mengatakan, dari hasil olah TKP dan keterangan sejumlah saksi, serta teman-teman yang KPkM itu, korban murni bunuh diri dengan menggunakan tali rafia.

Menurut Ali Akbar, kini penyidik juga menyita sebuah ponsel milik korban, karena ketika sebelum dan hingga korban mati, korban menyetel lagu barat.

“Sepertinya lagu yang didengar korban sebelum bunuh diri, isinya lagu yang mengisahkan tentang kematian,” ujar Ali Akbar.

Ketua STAIN Pamekasan, Muhammad Kosim, belum bisa dimintai konfirmasinya, karena saat ini sedang berlangsung proses wisuda di kampus STAIN.

Muchlis, salah seorang dosen STAIN Pamekasan, yang dimintai konfirmasinya tidak mau berkomentar banyak, karena bukan wewenangnya untuk menjelaskan.

Namun diakui, jika korban merupakan mahasiswanya dan pihaknya merasa berduka.

“Maaf, untuk lebih jelasnya, sebaiknya silahkan saja menemui pimpinan kami (maksudnya Ketua STAIN),” ujar Muchlis.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Banner iklan disini Klaim Voucher >> Klik Disini

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel