Kronologi & Penyebab Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk
Sunday, October 5, 2025
Bangunan musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur ambruk dan menimpa para santri yang sedang salat Ashar berjemaah pada Senin (29/9/2025) sekitar pukul 14.40 WIB. Akibat kejadian ini, sekitar 167 santri menjadi korban.
Dari jumlah tersebut, 104 santri selamat, sementara 37 lainnya meninggal dunia, dan 26 masih dalam pencarian sampai hari ini, Minggu (5/10/2025).
Solusi Keuangan untuk Pelaku Usaha, BRI Resmikan Regional Treasury Team Medan
Kronologi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk
Menurut pengasuh pesantren, Abdul Salam Mujib, bangunan yang ambruk itu memang dalam tahap renovasi. Proses renovasi asrama santri putra itu telah berlangsung selama hampir sembilan bulan. Bangunan ini direncanakan memiliki tiga lantai dengan atap berupa cor semen bukan genteng.
Sejak pagi hingga pukul 12.00 WIB pada Senin (29/9/2025), atap lantai tiga yang ambruk baru saja dicor. "Proses pengecoran dari pagi, siang sudah selesai," kata Salam seperti dikabarkan Antara.
Salam menduga struktur bangunan ini tidak kuat menopang beban setelah pengecoran, sehingga terjadi musibah tersebut.
Ia menyebutkan pada saat kejadian dirinya tidak sedang berada di lokasi. "Saya tidak ikut mengimami salat berjemaah Ashar tersebut," kata Salam.
Menurut pengakuan salah satu santri kelas tujuh Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Khoziny bernama Wahid, ruang musala yang berada di lantai dua tersebut sempat bergoyang sebelum ambruk.
"Ketika masuk rakaat kedua, bagian ujung musala ambruk, lalu merembet ke bagian lain gedung," kata Wahid.
Ia mengaku berhasil menyelamatkan diri dan mengajak santri lain untuk segera mengevakuasi diri. Dari pengakuannya, para santri yang sedang melaksanakan salat berjemaah tersebut berjumlah lebih dari 100 orang.
Ahli teknik sipil mengingatkan pentingnya perhitungan teknik dan mutu material dalam pembangunan gedung menyusul ambruknya bangunan mushalla di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo yang menelan tiga korban jiwa.
“Kami turut berbelasungkawa, semoga keluarga dan korban bisa diberi kesabaran,” ujar
Pakar teknik sipil Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dr. Yudha Lesmana, mengatakan, pada prinsipnya proses pengecoran tidak akan menimbulkan masalah jika sesuai perencanaan. Namun ada kemungkinan usia pengecoran belum matang.
“Kalau ini gedung baru yang dibangun bertahap, ada kekhawatiran umur pengecoran belum cukup. Ibaratnya, beton masih lemah karena belum matang sudah ditambah beban baru. Minimal 14 hari, idealnya 28 hari untuk mencapai kekuatan yang memadai,” katanya seperti dikabarkan Antara, Selasa (30/9/2025).
Yudha menekankan pentingnya keterlibatan ahli teknik sipil dalam perencanaan dan pembangunan gedung, termasuk untuk pesantren.
Sebab, banyak kasus bangunan dikerjakan tanpa hitungan teknis yang matang dan hanya mengandalkan pengalaman tukang atau kontraktor.
“Gedung ini perlu dilihat apakah direncanakan oleh tenaga teknik sipil atau tidak. Bahannya sesuai mutu atau tidak. Dalam praktik, ada perhitungan teknik sipil untuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB), tapi pelaksanaannya sering tidak sesuai. Bisa saja material yang dibeli tidak sesuai spesifikasi. Ini fenomena jamak di masyarakat,” paparnya.
Ia menambahkan, banyak bangunan rendah di Indonesia dibangun tanpa standar rekayasa struktur yang memadai, berbeda dengan bangunan tinggi yang perhitungannya lebih detail dan ketat.
“Kalau sesuai umur, perhitungan benar, dan bahan sesuai, sebenarnya tidak ada masalah gedung itu digunakan meskipun masih ada proses pengecoran. Problemnya, banyak pembangunan tidak sesuai engineering structure,” ujarnya.
Penyebab Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk
Kapolda Jawa Timur Inspektur, Jenderal Polisi Nanang Avianto, menyatakan hingga saat ini polisi masih menyelidiki penyebab ambruknya bangunan mushala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo.
"Ini kan harus dilihat dari awal semuanya. Dari proses saat runtuhnya ini sudah kita dokumenkan, kita ambil dokumentasinya. Dan ini harus sampai menyeluruh penyelidikannya dan kita juga harus ada panduan dari tim ahli konstruksi," kata Kapolda kepada wartawan setelah meninjau lokasi bangunan runtuh di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jumat (4/10/2025).
Menurut dia, jika tidak melihat saat proses pembangunan dari bawah hingga atas maka hasil penyelidikan tidak akan maksimal.
Namun, hal tersebut tidak bisa ditangani sendiri sehingga polisi harus dibantu tim ahli, terutama yang memahami konstruksi pembangunan.
"Nah inilah yang harus kami lihat nanti, tapi yang jelas utamanya saat ini adalah masalah kemanusiaan," ucap Kapolda.
Saat ini, pihaknya sedang melakukan pendataan korban ambruknya mushala Ponpes Al Khoziny, yang dibagi dalam tiga klaster, yaitu santri, pengurus pesantren, dan pekerja pembangunan.
"Sementara pendataan dulu dan kita juga sudah pendataan, fokus pada kemanusiaan," tuturnya.
Berdasarkan data terbaru, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memaparkan, total jumlah korban ada sebanyak 167 orang. Data ini bersifat dinamis dan berpotensi akan terjadi perubahan, terutama jumlah korban meninggal menyusul pencarian yang masih berlangsung.
Dari total 167 korban, sebanyak 104 orang ditemukan dalam kondisi selamat, sebanyak 36 orang dilaporkan meninggal dunia dan satu bagian tubuh yang telah dievakuasi untuk proses identifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI).