-->

Heboh Nabi Palsu, Pengikut Bayar Tiket Masuk Surga Rp2 Juta?

Ada ada saja ulah orang yang tidak bertanggung jawab ini, memang surga menjadi idaman bagi semua pemeluk agama. Tak ada jaminan, selain menjalankan aturan yang berlaku dalam agama itu sendiri.
Tetapi, premis itu tidak berlaku bagi pria berinsial AM. Pria asal Karawang, Jawa Barat ini menjadikan surga dapat dengan mudah dimasuki.

Banner iklan disini Klaim Voucher >> Klik Disini

Syaratnya, dengan membeli tiket yang dijual melalui Padepokan SSBP yang didirikan AM. Hanya dengan tiket seharga Rp2 juta, orang dengan mudah dijamin masuk surga.
Hal ini tentu tak masuk akal, namun ada saja orang yang tergiur. Buktinya, banyak warga yang cukup tertarik dengan tawaran itu.

Baca Juga


Ini cerita aksi penipuan harga tiket surga Rp 2 juta.
Dikutip dari laman newsth.com, AM mendaulat diri sebagai seorang nabi. Bersama lima orang rekannya, dia aktif di Padepokan SSBP yang berlokasi di Medal Sari, Kecamatan Tegal Waru, Karawang.

Padepokan itu bahkan telah berdiri sejak Januari 2015. Melalui padepokan tersebut, AM menyebarkan ajaran sesat dan mengiming-imingi warga akan masuk surga dengan membayar Rp2 juta.

Selain membayar, AM juga meminta kepada calon pengikutnya untuk mengucapkan kalimat syahadat yang sudah diubah.

Warga Medal Sari telah melaporkan AM ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) Karawang. Pelaporan itu karena mereka resah dengan kelakuan AM.
Menanggapi laporan warga, MUI Karawang meminta AM dan pengikutnya bertobat. Meski akhirnya menyanggupi permintaan MUI Karawang, pada 3 Agustus 2016, dia kembali melancarkan aksi jual 'tiket surga'.

Kepolisian Resor Karawang akhirnya menangkap AM dengan tuduhan penistaan agama.

"Melihat (fenomena) yang seperti itu, fatwa-fatwa MUI diperlukan untuk mencerahkan, tanpa harus mengkafirkan masyarakat. Mereka harus kembali dirangkul agar kembali ke paham yang benar," kata Lukman, saat menghadiri Milad MUI ke-41, semalam.
Menurut Lukman, peran MUI untuk memberi pendalaman agama masyarakat sangat diperlukan. Sebab, kondisi sosial kultural masyarakat yang telah berubah cepat kerap menggiring ke dalam pemahaman intoleransi.

"Dinamika masyarakat ini tinggi, jadi memang perlunya pembimbing di masyarakat untuk menghindari perilaku yang intoleran," ucap dia.

Sumber: newsth.com

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel